Kamis, 15 Juni 2017

NHW#5 - LEARNING HOW TO LEARN

📝 *BELAJAR BAGAIMANA CARANYA BELAJAR*📝

      Jujur, waktu dikasih tau soal NHW#5, jidat saya langsung berkerut, bingung euyy...
Dikasihnya tugas buat bikin design pembelajaran. Design pembelajaran yang gimana? Lah, wong apa itu design pembelajaran aja saya ga tau, hehe, paraaah. Jadi, design nya gimana? Bebas, terserah yang bikin. Kreasikan sendiri. Nah loh, tambah bingung kan??. Tapi, inilah proses belajar yang sesungguhnya. Murid tak harus selalu dijejali materi, dipandu untuk menyelesaikan sesuatu dan memperoleh hasil yang seragam. Judulnya aja belajar caranya belajar.

      Tapi, beberapa hari saya tinggalkan  soal NHW. Udah bingung dan males duluan. Sampe akhirnya sehari sebelum deadline, baru saya sadar kalo saya salah. Ya, salah karena hanya diam, tidak melakukan apapun. Cara belajar paling baik adalah dengan memulainya. Jadi, mulailah saya bergerilya di dunia maya. Dimulai dengan mencari tau apa dan bagaimana design pembelajaran itu. Setelah baca-baca beberapa referensi, walau masih meraba-raba, saya coba merumuskan design pembelajaran untuk diri saya sendiri. Membuat design pembelajaran untuk ilmu yang ingin saya tekuni seperti yang sudah dibuat di NHW#4 minggu lalu.

1. Untuk siapa program ini dibuat dan dikembangkan? (Karakteristik peserta ajar).
     Design pembelajaran ini dibuat untuk diri saya sendiri. Saya termasuk orang yang punya rasa ingin tau yang tinggi, suka membaca, senang belajar, tapi juga gampang bosan. Kadang suka tidak fokus kalo sudah banyak info/sumber yang harus dipelajari, dan ujung-ujungnya malah stagnan, malas untuk melanjutkan dan bingung ketika mau memulai lagi. Ga tau harus mulai dari mana lagi, (mungkin ini yang disebut terkena tsunami informasi). Jadi pe-er nya sekarang adalah bagaimana untuk terus fokus dan menjaga semangat saat menekuni satu bidang ilmu.

2. Tujuan pembelajaran
     Sesuai NHW sebelumnya, ilmu yang ingin saya tekuni saat ini adalah ilmu pendidikan dan psikologi anak. Tujuan pembelajaran :

  • Memahami karakter masing-masing anak.
  • memahami gaya belajar masing-masing anak.
  • mengetahui cara menggali potensi anak.m
  • memahami cara terbaik dalam membersamai tumbuh kembang anak dan menjaga fitrah mereka.
  • memahami dan memenuhi kebutuhan fisik dan psikologi anak.
  • memperdalam ilmu agama sebagai bekal pendidikan agama bagi anak-anak.
  • menjadi teladan yang baik bagi anak-anak.

3. Strategi pembelajaran

  • mencari referensi pembelajaran dari sumber-sumber yang terpercaya.
  • menyiapkan waktu khusus (minimal 30 menit sehari) untuk belajar.
  • Langsung mempraktekkan setiap ilmu baru yang di dapat (tidak menunda-nunda).
  • ikut seminar-seminar dan kelas parenting, baik online maupun offline.
  • ikut komunitas-komunitas dengan visi, misi dan tujuan yang sama.
  • sering-sering berdiskusi dengan orang lain yang lebih berpengalaman. 
  • selalu meminta izin dan ridho suami serta berdiskusi dengan suami tiap ada ilmu-ilmu baru yang didapat.
  • dan yang terpenting adalah selalu berdoa dan memohon petunjuk dari Allah dalam menuntut ilmu.

4. Strategi evaluasi
     Semua yang sudah direncanakan tentu tak akan berguna jika tidak konsisten dipraktekkan. Ya, kuncinya adalah semangat dan konsisten. Jika proses belajar sudah berjalan, tentu perlu evaluasi untuk perbaikan ke depan. Evaluasi saya lakukan sendiri, juga evaluasi dari suami. Proses evaluasi berupa sebuah buku dengan tabel rencana-rencana pembelajaran, hal-hal yang akan saya pelajari dan lakukan, waktu pelaksanaannya, batas waktu maksimal kegiatan dilakukan dan output yang diharapakan. Juga ceklist-ceklist kegiatan, baik harian maupun bulanan. Untuk alat evaluasi ini menyusul akan saya buat. 

Semoga Allah mudahkan setiap proses yang saya jalani untuk menjadi lebih baik. Aamiin..

Salam Ibu Profesional.

Jumat, 09 Juni 2017

NHW#4_Elina Deviana_Mendidik dengan Kekuatan Fitrah

🍀MENDIDIK DENGAN KEKUATAN FIITRAH 🍀

a. Mari kita lihat kembali Nice Homework #1 , apakah sampai hari ini anda tetap memilih jurusan ilmu tersebut di Universitas Kehidupan ini? Atau setelah merenung beberapa minggu ini, anda ingin mengubah jurusan ilmu yang akan dikuasai?
Hingga saat ini, saya masih berkutat dengan problem manajemen waktu yang buruk. Jadilah di NHW#1, saya memilih jurusan ilmu manajemen waktu. Dan sampai saat ini, saya tetap ingin menguasai ilmu tersebut, agar kelak hidup saya teratur, terarah, dan dapat menjalankan semua peran saya secara proporsional.

b.  Mari kita lihat Nice Homework #2,  sudahkah kita belajar konsisten untuk mengisi checklist harian kita?
Sampai sekarang belum 100% konsisten. Masih terus belajar dan berusaha untuk konsisten.

c. Baca dan renungkan kembali  Nice Homework #3, apakah sudah terbayang apa kira-kira maksud Allah menciptakan kita di muka bumi ini? Kalau sudah, maka tetapkan bidang yang  akan kita kuasai, sehingga peran hidup anda akan makin terlihat.
Misi hidup : menjadi istri yang menyejukkan hati bagi suami, pendidik pertama dan utama bagi anak-anak serta dokter yang mengajak orang-orang disekitar nya untuk hidup sehat.
Bidang : pendidikan anak dan kesehatan
Peran : pendidik (keluarga dan masyarakat)

c. Setelah menemukan 3 hal tersebut,  susunlah ilmu-ilmu apa saja yang diperlukan untuk menjalankan misi hidup tersebut.

Untuk bisa menjadi ahli di bidang Pendidikan anak dan kesehatan, tahapan ilmu yang harus dikuasai sebagai berikut :
1. Ilmu agama : panduan syar'i sesuai tuntunan Rasulullah dalam mengelola dan mengatur rumah tangga serta bagaimana mendidik anak-anak.
2. Bunda Sayang : Ilmu-ilmu seputar pengasuhan anak
3. Bunda Cekatan : Ilmu-ilmu seputar manajemen pengelolaan diri dan rumah tangga
4. Bunda Produktif : Ilmu-ilmu seputar minat dan bakat, kemandirian finansial dll.
5. Bunda Shaleha : Ilmu tentang berbagi manfaat kepada banyak orang

d. Tetapkan Milestone untuk memandu setiap perjalanan anda menjalankan Misi Hidup.
KM 0 – KM 1 ( 6 bulan ) : Menguasai Ilmu agama seputar pengasuhan anak dan pengelolaan rumah tangga.
KM 1 – KM 2 (6 bulan-1 tahun) : Menguasai Ilmu seputar pendidikan anak.
KM 2 – KM 3 (tahun 2 ) : Menguasai Ilmu seputar Bunda Cekatan
KM 3 – KM 4 ( tahun 3) : Menguasai Ilmu seputar Bunda produktif
KM 4 - KM 5 (tahun 4) : Menguasai ilmu seputar bunda shalehah.

e. Koreksi kembali checklist anda di NHW#2, apakah sudah anda masukkan waktu-waktu untuk mempelajari ilmu-ilmu tersebut di atas. Kalau belum segera ubah dan cantumkan.
Belum dicantumkan, segera edit kembali ceklist yang sudah dibuat di NHW#2

f. Lakukan, lakukan, lakukan, lakukan
Yap, Semangat untuk melakukan, jangan terlalu banyak direnungkan biar ga stagnan langkahnya. Semoga Allah mudahkan, aamiin..

Salam Ibu Profesional,

Kamis, 25 Mei 2017

NICE HOME WORK #2 - ELINA DEVIANA📚


Alhamdulillah sampai di pekan kedua belajar di institut ibu profesional (baru pekan kedua yaa..dan bunda udah ngos-ngosan aja, hihi). Tapi semangat tetep menggebu. Semingguan ini emang lagi banyak amanah yang l harus ditunaikan. Setelah memahami tahap awal menjadi Ibu Profesional, Kebanggaan Keluarga. Pekan ini tugasnya adalah membuat....

✅“CHECKLIST INDIKATOR PROFESIONALISME PEREMPUAN”✅📝
a. Sebagai individu
b. Sebagai istri
c. Sebagai ibu

Buatlah indikator yang kita sendiri bisa menjalankannya. Checklist ini bunda buat setelah memikirkan harapan terhadap diri sendiri, keinginan diri untuk menjadi seperti apa nantinya, dan tanya ke suami tentang impian istri yang suami harapkan. Kalo kata suami, pengen istri yang bisa menjadi penyejuk pandangan, penyejuk hati (klise banget ya, hehe. Kalo dijabarkan bisa panjang ceritanya. Untuk anak, masih belum bisa ditanya soal harapan dan keinginannya terhadap bundanya mah. Tapi, dicoba tanya ke si Abang (3y5m), jawabannya adalah, "Abang senang kalo bunda senang dan Abang ga suka kalo bunda marah-marah". Mungkin maksudnya dia pengen selalu ngeliat bunda nya yang ceria dan ga marah-marah kali ya.

 Kunci dari membuat Indikator yaitu SMART:
- SPECIFIK (unik/detil)
- MEASURABLE (terukur, contoh: dalam 1 bulan, 4 kali sharing hasil belajar)
- ACHIEVABLE (bisa diraih, tidak terlalu susah dan tidak terlalu mudah)
- REALISTIC (Berhubungan dengan kondisi kehidupan sehari-hari)
- TIMEBOND ( Berikan batas waktu).

Untuk saya yang manajemen waktunya masih amburadul ini, memang penting untuk membuat checklist seperti ini, agar saya tau mana kegiatan yang memang prioritas untuk saya kerjakan mana yang bukan. Checklist ini bisa menjadi pengingat sekaligus penyemangat untuk menjadi lebih baik, inshaaAllah. Rencana mau buat dalam bentuk tabel via excel, di print cantik, lalu ditempel di kamar biar selalu ingat tujuan dan semangat untuk menjadi lebih baik. Tapi apa daya, laptop lama rusak, laptop baru belum beli, hihi. Tak apalah, jangan sampai mengurangi semangat, ngerjainnya via HP aja. Yang penting sudah tau ke mana arah mau melangkah. *uhuk.

📝✅“CHECKLIST INDIKATOR PROFESIONALISME PEREMPUAN”✅📝

a. Sebagai individu

  • Sholat 5 waktu tepat waktu, minimal 20 menit   setelah adzan langsung bersegera sholat.
  • Shalat Sunnah rawatib, minimal 3x/hari.
  • Sholat Dhuha, minimal 3x/Minggu.
  • Sholat tahajjud minimal 3x/Minggu.
  • Bersedekah, minimal 1x/Minggu.
  • Shaum Sunnah minimal 5x/Minggu.
  • Tilawah Alquran minimal 2 lembar/hari (dikit banget ya, tapi gapapa la, semampunya dulu).
  • Membersihkan diri, gosok gigi dan berwudhu sebelum tidur.
  • Membaca buku, minimal 1buku/bulan.
  • Tidur awal (maksimal pukul 22.00 WIB, dan bangun lebih awal (maksimal saat adzan subuh).
  • Olahraga, minimal jalan kaki 15 menit, minimal 1x/Minggu.

b. Sebagai istri

  • Berdiskusi santai dengan suami, minimal 3x/Minggu.
  • Mengingatkan suami untuk bersegera sholat ke masjid saat waktu sholat tiba (setiap saat bersama suami).
  • Menyiapkan sarapan dan bekal makan suami setiap hari.
  • Melayani suami dengan ikhlas (setiap saat diminta).
  • Bersegera untuk melakukan yang diperintahkan oleh suami (selagi masih dalam koridor kebaikan).
  • Meminta izin dan berdiskusi dengan suami sebelum mengambil tindakan yang penting di luar kebiasaan sehari-hari.
  • Mendengarkan cerita suami tanpa disambi main HP (ketauan suka ga fokus denger suami cerita karena sibuk sama HP), *tutupmuka.
  • Berhias dan merawat diri untuk suami.

c. Sebagai ibu

  • Memperbanyak stok sabar saat bersama anak-anak.‌
  • Memberikan ASI sampai usia anak 2 tahun, tidak nyambi saat sedang menyusui anak (tidak sambil nonton/main HP).
  • Membuat menu makanan sehat seimbang untuk anak-anak, minimal 5x/Minggu.
  • Mendengarkan dengan serius dan semangat saat anak bertanya dan bercerita.
  • Membacakan buku atau berkisah, minimal 1x/hari.
  • Mengajak anak jalan-jalan, minimal 1x/Minggu.
  • Meluangkan waktu untuk fokus bermain bersama anak-anak, minimal 1x/hari.
  • Mengajarkan anak membaca Al-Quran ba'da Maghrib, minimal 4x/Minggu.
Sementara indikatornya ini aja dulu. Semoga bisa Istiqomah. Indikator-indikator ini jadi semacam draf kegiatan harian yang harusnya dilakukan. Enaknya dijabarkan lagi jadi jadwal kegiatan harian (dari bangun tidur sampai tidur lagi). Biar terarah dan teratur. Nanti mau dibikin juga inshaaAllah.

*semangat belajar.

Rabu, 17 Mei 2017

NICE HOMEWORK #1-ELINA DEVIANA

📚NICE HOMEWORK #1📚
MATRIKULAS IIP BATCH#4

ADAB MENUNTUT ILMU

Alhamdulillah akhirnya bisa ikut belajar di kelas matrikulasi IIP. Alhamdulillah juga akhirnya blog saya jaman kuliah beberapa taun lalu dibuka lagi untuk ngerjain tugas di kelas matrikulasi. Mau ngerjain di Google docs, apa daya aplikasinya ga bisa di buka di hp. Jadi, kita berdayakan lagi aja blog yang dah lama tidur ini. Hihi..

Dalam materi "ADAB MENUNTUT ILMU" kali ini, NHW nya adalah: 
1. Tentukan satu jurusan ilmu yang akan anda tekuni di universitas kehidupan ini.

Sepertinya ini pertanyaan yang pas buat saya yang sering dan mudah beralih fokus. Ada banyak sekali jurusan ilmu yang rasanya ingin saya tekuni. Terutama setelah menikah dan punya anak. Ilmu parenting, manajemen rumah tangga, manajemen emosi, manajemen waktu, cooking, financial planning, homeschooling, psikologi anak dan banyak hal lain. Selama ini saya berusaha untuk mempelajari semua hal dari berbagai sumber, tapi jadinya tidak fokus dan ujung-ujungnya ilmu yang didapat setengah-setengah. Emang harusnya mah tentukan mana dulu yang jadi prioritas dan paling dibutuhkan saat ini untpuk kemudian benar-benar ditekuni. Alhamdulillah disadarkan lewat NHW#1 ini. Setelah merenung dan mempertimbangkan dari segala aspek (cieee..gaya) selama beberapa hari ini, jurusan ilmu yang ingin saya tekuni saat ini adalah ilmu "Manajemen Waktu". How to manage your time?. Ya, manajemen waktu yang baik yang sangat saya butuhkan saat ini. 

2.Alasan terkuat apa yang anda miliki sehingga ingin menekuni ilmu tersebut.

Saya menyadari bahwa diri saya bukan hanya milik saya sendiri. Saya adalah makhluk Allah yang wajib taat dan beribadah pada-Nya, saya adalah seorang istri, seorang anak, ibu bagi anak-anak saya, seorang pegawai, juga sebagai makhluk sosial yang masih perlu bersosialisasi dengan orang lain. Saya ingin hidup saya yang singkat ini bisa berjalan seimbang. Saya ingin menjalankan kewajiban-kewajiban saya dan memenuhi hak-hak orang lain dengan adil. Tapi, saya sering kewalahan mengatur waktu saya. Di waktu senggang saya sering bingung mau melakukan apa, dan sebaliknya saat sibuk dan banyak hal harus dikerjakan, saya terkesan terburu-buru, tidak fokus hingga hasil pekerjaan jadi tidak maksimal. Saya sadar bahwa kesalahan saya adalah pada manajemen waktu yang buruk. Sehingga saya ingin belajar bagaimana caranya mengatur waktu dengan baik agar semua peran yang harus saya jalani di muka bumi ini bisa berjalan dengan baik.

3. Bagaimana strategi menuntut ilmu yang akan anda rencanakan di bidang tersebut?
  • Saya akan membuka diri, membuka pikiran untuk semua jalan ilmu yang tersedia. 
  • Saya akan belajar dan mengambil manfaat dari berbagai sumber ilmu terpercaya yang tersedia.
  • Membeli, membaca, memahami dan mengaplikasikan ilmu manajemen waktu dari buku-buku.
  • Mengikuti kuliah-kuliah online tentang manajemen waktu.
  • Memperbanyak bertanya dan sharing dengan orang yang lebih berpengalaman dalam hal mengatur waktu.
4. Berkaitan dengan adab menuntut ilmu, perubahan sikap apa saja yang anda perbaiki dalam proses mencari ilmu tersebut?

Sesuai pertanyaan yang saya ajukan pada saat sesi diskusi, dan saya benar-benar merasa tertampar-tampar dengan jawaban fasilitator. Saya menyadari dua hal, bahwa  selama ini saya belum ikhlas dalam menuntut ilmu dan niat saya dalam menuntut ilmu masih belum benar (setelah saya pikir-pikir, kadang malah saya tidak tau, apa sebenarnya niat dan tujuan saya mencari suatu ilmu tertentu, seringnya malah ikut-ikutan trend aja, parah ya?). Astaghfirullah, Allah sadarkan saya lebih awal melalui jalan ini.

Jadi, mulai saat ini, saya akan mulai memperbaiki sikap dan adab saya dalam menuntut ilmu.
Pertama, saya akan memperbaiki niat saya terlebih dahulu. Setiap ilmu yang akan saya pelajari, saya niatkan untuk memperbaiki diri agar menjadi pribadi yang lebih baik, menambah keilmuan yang akan memberi manfaat untuk diri sendiri dan orang lain.
Lalu, berusaha selalu ikhlas, baik dalam proses mencari ilmu maupun dalam pelaksanaan dan pengamalan ilmu. Ikhlas semata-mata untuk meraih ridha Allah dalam menuntut ilmu. Saya juga berusaha menghilangkan sikap sombong, tinggi hati, merasa sok tau saat menuntut ilmu.

Semoga dengan manajemen waktu yang baik, saya bisa menjadi pribadi yang lebih baik juga dan bisa menjalankan semua peran saya secara seimbang. Aamiin.

*Menuntut ilmu adalah salah satu cara meningkatkan kemuliaan hidup kita, maka carilah dengan cara-cara yang mulia*

Salam Ibu Profesional,

Kamis, 28 Februari 2013

Belajar Mengucapkan “Saya Tidak Tahu”



Belajar Mengucapkan “Saya Tidak Tahu”

Al Ustadz Muhammad Umar As Sewed

Disamping golongan pengingkar sunnah yang menolak hadits-hadits shahih dengan akal dan hawa nafsunya, adapula golongan yang “sok tahu”. Mereka berbicara tanpa ilmu. Di antara mereka ada yang mengatakan bahwa Dajjal akan keluar dari segitiga bermuda, Dajjal adalah Amerika karena memandang dengan sebelah mata, Ya’juj dan Ma’juj adalah pasukan mongol, dan lain-lain.

Maka pada edisi kali ini akan kami bawakan dalil dan ucapan para shahabat dan ulama’ yang membimbing kta untuk belajar mengatakan “tidak tahu” terhadap hal- hal yang memang tidak diketahui, apalagi pada perkara-perkara yang ghaib yang tidak ada perincian dan penjelasannya dari Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Allah Tabaroka wata’ala berfirman,

وَلا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولا
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya akan dimintai pertanggung- jawabannya” (Al-Isra:36)

Dalam ayat tersebut Allah Subhanahu Wata’ala mengajarkan pada kita agar tidak berbicara tentang sesuatu kecuali dengan ilmu. Apalagi jika masalah itu berkaitan dengan Dzat Allah, perbuatan Allah, nama-nama dan sifat-sifatNya, ataupun perkara-perkara yang belum terjadi dan yang akan datang seperti tanda-tanda hari kiamat, hari kebangkitan, hisab, surga dan neraka, ataupun yang selainnya.
Dalam masalah-masalah tersebut, kita tidak mungkin bisa mengetahuinya dengan panca indera atau akal kita. Kita hanya mengetahui sebatas apa yang diberitakan dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits yang shahih sesuai dengan apa yang dipahami oleh para shahabat Radhiyallahu ‘Anhum.

Muadz Bin Jabbal Radhiyallahu ‘Anhu ketika ditanya oleh Rasulullah Sholallahu ‘Alahi Wasallam tentang sesuatu yang tidak diketahui, maka beliau menjawab, “Allahu wa Rasuluhu a’lam”.

Disebutkan dalam satu hadits yang diriwayatkan oleh Mu’adz Bin Jabal Radhiyallahu ‘Anhu. Ketika Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam berkata pada Muadz:

(( أَتَدْرِي مَا حَقُّ اللهِ عَلَى العِبَادِ ؟)) قَالَ : اللهُ وَرَسُوْلُهُُ أَعْلَمُ. قَالَ (( أَنْ يَعْبُدُوْهُ وَلاَ يُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا )) ثُمَّ قَالَ (( أَتَدْرِي مَا حَقُّ العِبَادِ عَلَى اللهِ إِذَا فَعَلُوا ذَلِكَ ؟ أَنْ لاَ يُعَذِّبَهُمْ ))
“Ya Muadz tahukan engkau apa hak Allah di atas hambaNya? Muadz menjawab: Allah dan RasulNya lebih tahu”. Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Hak Allah di atas hambaNya adalah agar mereka beribadah kepadaNya dan tidak mempersekutukanNya dengan sesuatu apapun”. Kemudian Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam berkata lagi, “Tahukah engkau apa hak mereka jika telah menunaikannya? Muadz menjawab: Allah dan RasulNya lebih tahu” Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, Allah tidak akan mengadzab mereka.” (HR. Al Bukhari no 5967 dan Muslim no. 30)

Ini menunjukkan adab seorang shahabat ketika ditanya dengan sesuatu yang tidak dia ketahui, mereka mengatakan “Allah dan RasulNya lebih tahu” [1]

Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam sendiri pun diajarkan oleh Allah Subhanahu Wata’ala untuk menjawab”Allahu a’lam” ketika ditanya tentang ruh, karena itu urusan Allah. Allah berfirman,

وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الرُّوحِ قُلِ الرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّي وَمَا أُوتِيتُمْ مِنَ الْعِلْمِ إِلا قَلِيلا
“Dan mereka bertanya kepadamu tentang urusan ruh. Katakanlah: Ruh itu termasuk urusan Rabbku, dan tidaklah kalian diberi pengetahuan melainkan sedikit.” (Al- Isra:85).

Maka Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam tidak malu untuk mengatakan “tidak tahu” pada perkara-perkara yang memang Allah tidak turunkan ilmu kepadanya. Atau beliau menunda jawabannya hingga turun jawaban dari Allah Subhanahu Wata’ala.

Hikmah dari jawaban-jawaban beliau Sholallahu ‘Alaihi Wasallam ini adalah: kaum Yahudi dan Musyrikin mengetahui betul bahwa Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam tidak mengucapkan dari hawa nafsunya, melainkan dari wahyu Allah yang diturunkan kepadanya. Jika ada keterangan wahyu dari Allah beliau jawab, dan jika tidak maka Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam menundanya.

Imam Asy-Sya’bi Rahimahullah pernah ditanya dalam suatu masalah. Beliau menjawab, “Saya tidak tahu”. Maka si penanya heran dan berkata, “Apakah kamu tidak malu mengatakan “tidak tahu”, padahal engkau adalah ahlul fiqh negeri Iraq?” Beliau menjawab, “Tidak, karena para malaikat sekalipun tidak malu mengatakan tidak tahu, ketika Allah tanya:

أَنْبِئُونِي بِأَسْمَاءِ هَؤُلاءِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
“Sebutkan kepadaKu nama benda-benda itu jika kamu memang benar!” (Al- Baqoroh:31).

Maka para malaikat menjawab:

قَالُوا سُبْحَانَكَ لا عِلْمَ لَنَا إِلا مَا عَلَّمْتَنَا إِنَّكَ أَنْتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ
“Mereka menjawab: Mahasuci Engkau, tidak ada ilmu bagi kami selain dari apa yang telah engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”(Al- Baqoroh:32)

(Lihat ucapan Imam Asy-Sya’bi dalam Jami’ Bayanil ‘Ilmi wa Fadhili (2/51) melalui Hilyatul ‘Alimi al-Mu’alim karya Salim bin Ied Al-Hilali).

Dakwah ini adalah menyampaikan apa yang Allah turunkan dan apa yang Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam jelaskan. Bukan buatan sendiri, berpikir sendiri, atau memberat-beratkan diri dengan sesuatu yang tidak ada ilmu padanya. Allah berfirman,

قُلْ مَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ مِنْ أَجْرٍ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُتَكَلِّفِينَ إِنْ هُوَ إِلا ذِكْرٌ لِلْعَالَمِينَ وَلَتَعْلَمُنَّ نَبَأَهُ بَعْدَ حِينٍ
“Katakanlah (hai Muhammad): Aku tidak meminta upah sedikitpun kepada kalian atas dakwahku, dan bukanlah aku termasuk orang-orang yang mengada-adakan (memaksakan diri). Al-Qur’an ini tidak lain hanyalah peringatan bagi semesta alam. Dan sesungguhnya kalian akan mengetahui (kebenaran) berita Al-Qur’an setelah beberapa waktu lagi.” (Shaad:86-88)

Karena ayat inilah Ibnu Mas’ud Radhiyallahu ‘Anhu marah ketika ada seseorang yang berbicara tanda-tanda hari kiamat dengan tanpa ilmu. Beliau Radhiyallahu ‘Anhu berkata,”Barangsiap a yang memiliki ilmu maka katakanlah! Dan barangsiapa yang tidak memiliki ilmu maka katakanlah“Allahul A’lam!” Karena sesungguhnya Allah telah mengatakan pada nabiNya: Katakanlah (hai Muhammad): Aku tidak meminta upah sedikitpun kepada kalian atas dakwahku, dan bukanlah aku termasuk orang- orang yang mengada-adakan (memaksakan diri).” (Atsar riwayat Ad-Darimi juz 1/62; Ibnu Abdil Barr dalam Jami’ Bayaanil Ilmi juz 2/51; Baihaqi dalam Al-Madkhal no 797; Al Khatib Al Baghdadi dalam Al Faqiih wal Mutafaqih; melalui nukilan Hilyatul Alimi Al-Mu’allim, hal 59)

Demikian pula Abu Bakar Shidiq Radhiyallahu ‘Anhu ketika ditanya tentang tafsir suatu ayat yang tidak beliau ketahui, beliau menjawab, ” Bumi mana yang akan aku pijak, langit mana yang akan menaungiku, mau lari kemana aku atau apa yang akan aku perbuat kalau aku mengatakan tentang ayat Allah tidak sesuai dengan apa yang Allah kehendaki” (Atsar riwayat Ibnu Abdil Barr dalam Jami’ Bayanil ‘Ilmi, juz 2/52; Baihaqi dalam Al-Madkhal no 792; lihat Hilyatul ‘Alimi Al-Mu’allim, hal 60).

Diriwayatkan ucapan yang semakna dari Ali Bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘Anhu, dan juga dinukilkan dari para shahabat oleh para ulama setelahnya seperti Maimun Bin Mihran, Amir Asy-Sya’bi, Ibnu Abi Malikah, dan lain-lain. (lihat sumber yang sama halaman 60)..

Pernah Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘anhu ditanya tentang satu masalah, kemudian beliau menjawab, “Aku tidak mempunyai ilmu tentangnya” (padahal saat itu beliau sebagai khalifah -red). Beliau berkata setelah itu, “Duhai dinginnya hatiku” (3X). Maka para penanya berkata kepadanya, “Wahai Amirul Mukminin apa maksudmu?”. Ali Bin Abi Thalib menjawab, “Yakni dinginnya hati seseorang ketika ditanya tentang sesuatu yang tidak ia ketahui”. Kemudian ia menjawab, “Wallahu A’lam”.(Riwayat Ad-Darimi 1/62-63; Al Khatib dalam Al-Faqih wal Mutafaqih, juz 2 hal 71; Baihaqi dalam Al-Madkhal no 794 dari jalan yang banyak. Lihat Hilyatul ‘Alimi Al-Mu’alim hal 60).

Kejadian yang sama juga terjadi pada Ibnu Umar Radhiyallahu ‘Anhu ketika beliau ditanya, “Apakah bibi mendapat warisan?”. Beliau menjawab saya tidak tahu. Kemudian si penanya berkata, “Engkau tidak tahu dan kamipun tidak tahu, lantas…?”. Maka Ibnu Umar Radhiyallahu ‘Anhu berkata, “Pergilah kepada para Ulama di Madinah, dan tanyalah kepada mereka”. Maka ketika dia (si penanya -red) berpaling, dia berkata, “Sungguh mengagumkan Abu Abdirrahman (Yakni Ibnu Umar Radhiyallahu ‘Anhu) ditanya sesuatu yang beliau tidak tahu, beliau katakan: Saya tidak tahu”. (Riwayat Ad-Darimi 1/63; Ibnu Abdi Abdi Barr dalam Jami’ Bayanil ‘Ilmi; Al-Khatib dalam Al-Faqih wal Mutafaqih juz 2 hal 171-172; Al-Baihaqi dalam Al- Madkhal, 769. Lihat Hilyatul ‘Alimi Al-Mu’allim ha 61).

Datang seseorang kepada Imam Malik Bin Anas Rahimahullah, bertanya tentang satu masalah hingga beberapa hari beliau belum menjawab dan selalu mengatakan “saya tidak tahu”. Sampai kemudian orang itu datang dan berkata, “Wahai Abu ‘Abdillah, aku akan keluar kota dan aku sudah sering pulang pergi ke tempatmu (yakni meminta jawaban)”. Maka Imam Malik menundukkan kepalanya beberapa saat, kemudian mengangkat kepalanya dan berkata, “Masya Allah Hadza, aku berbicara adalah untuk mengharapkan pahala. Namun, aku betul-betul tidak mengetahui apa yang kamu tanyakan.” (Riwayat Abu Nu’aim dalam Al-Hilya, 6/323; Ibnu Abdil Barr dalam Jami’ Bayanil Ilmi 2/53; Baihaqi dalam Al-Madkhal no 816; Al-Khatib dalam Al-Faqih wal Mutafaqih 2/174; lihat Hilyatul ‘Alimi al Mu’allim, ha 63).

Dari beberapa ucapan di atas, kita diperintahkan untuk menyampaikan apa yang kita ketahui dari Al-Qur’an dan As-Sunnah, dan dilarang untuk berbicara pada sesuatu yang tidak kita ketahui. Sebagai penutup kita dengarkan nasehat seorang Ulama’ sebagai berikut:

“Belajarlah engkau untuk mengucapkan ‘Saya tidak tahu’. Dan janganlah belajar mengatakan ’saya tahu’ (pada apa yang kamu tidak tahu -red), karena sesungguhnya jika engkau mengucapkan ’saya tidak tahu’ mereka akan mengajarimu sampai engkau tahu”. Tetapi jika engkau mengatakan ‘tahu’, mereka akan menghujanimu dengan pertanyaan hingga kamu tidak tahu”. (Jami’ Bayanil ‘Ilmi 2/55 melalui nukilan Hilyatul ‘Alim Al-Mu’allim, Salim Bin Ied Al-Hilaly, hal 66)

Perhatikan pula ucapan Imam Asy-Sya’bi Rahimahullah, “Kalimat ’saya tidak tahu’ adalah setengah ilmu”. (Riwayat Ad-Darimi 1/63; Al-Khatib dalam Al-Faqih Wal Mutafaqih juz 2/173; Baihaqi dalam Al-Madkhal no 810. Lihat Hilyatul ‘Ilmi Al- Mu’allim ham 65)

Maka kalau seseorang ’sok tahu’ tentang sesuatu yang tidak ada ilmu padanya, berarti bodoh di atas kebodohan. Yakni bodoh tentang ilmunya dan bodoh tentang dirinya.

wallahu a’lam.

Footnote :
[1] Jawaban di atas di ucapkan jika pertanyaanya berkaitan dengan masalah syari’at. Namun jika masalahnya berkaitan dengan masalah taqdir dan sejenisnya, jawabanny cukup dengan “Wallahul A’lam”. Karena Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam sendiripun tidak mengetahuinya. (Demikianlah yang kami dapatkan dari Syaikh Utsaimin dari majelisnya)

Sumber: Buletin Dakwah Manhaj Salaf edisi 74/tahun II

Jangan Tidur Dengan Lampu Menyala !



Jangan Tidur Dengan Lampu Menyala !

Para ilmuwan menemukan bahwa tubuh perlu suasana gelap dalam menghasilkan zat kimia pelawan kanker. Bahkan ketika menyalakan lampu toilet, begadang, bepergian melintas zona waktu, lampu-lampu jalanan dapat menghentikan produksi zat melatonin.

Tubuh memerlukan zat kimia untuk mencegah kerusakan DNA dan ketiadaan zat melatonin tersebut akan menghentikan asam lemak menjadi tumor dan mencegah pertumbuhannya.

Prof. Russle Reiter dari Texas University yang memimpin penelitian tersebut mengatakan “Sekali Anda tidur dan tidak mematikan lampu selama 1 menit. Otak Anda segera mendeteksi bahwa lampu menyala seharian dan produksi zat melatonin menurun”.

Jumlah anak-anak pengidap leukimia naik menjadi dua kali lipat dalam kurun 40 tahun terakhir. Sekitar 500 anak muda dibawah 15 tahun didiagnosa menderita penyakit ini pertahun dan sekitar 100 orang meninggal.

Sebuah konferensi tentang anak penderita leukimia diadakan di London menyatakan bahwa orang menderita kanker akibat terlalu lama memakai lampu waktu tidur dimalam hari dibanding dengan yang tidak pernah memakai lampu waktu tidur.

Hal ini menekan produksi melatonin dimana normalnya terjadi antara jam 9 malam s/d jam 8 pagi. Penelitian terdahulu telah menunjukkan bahwa orang-orang yang paling mudah terserang adalah para pekerja shift yang memiliki resiko terkena kanker payudara.

Pada kenyataannya, Orang-orang buta tidak rentan terhadap melatonin memiliki resiko yang lebih rendah mengidap kanker. Maka para orang tua disarankan utk menggunakan bola lampu yang suram berwarna merah atau kuning jika anak-anaknya takut pada kegelapan.

AGAR BIDADARI CEMBURU PADAMU……!!!!



Ibu...!

Menjadi ibu..bagi mereka para wanita adalah mimpi-mimpi yang dilatih dengan kerinduan dan cinta. Seruak cita itu adalah fitrah paling indah yang dikaruniakan Allah. Kecenderungan, rasa, kemuliaan! Ibu..! Mulia cukup dengan telapak kaki perjuangan. Karena tak seorang pria pun, memiliki kedudukan ini: surga di telapak kaki. Tak satu pria pun. Demi Allah, tak satu pria pun..!

Ibu..!
Panggilan yang begitu menggetarkan, membiruharu, menggemakan rasa terdalam di diri setiap wanita. Selalu dan sentiasa, ada nuansa, cita, imaji, dan gairah setiap kali kata tiga huruf plus dua titik dan tanda seru itu diteriakkan oleh sosok-sosok mungil yang menyambut kehadiran.

Ibu..!
Ini tentang penegasan madrasah agung. Tempat anak-anak mempertanyakan semesta dengan bahasa paling akrab, harapan paling memuncak, dan keingintahuan paling dalam. Dermaga pengaduan paling luas saat mereka rasa teraniaya, belai paling menentramkan saat mereka gelisah, dan dekapan paling aman saat mereka takut. Ibu, perpustakaan paling lengkap, kelas paling nyaman, lapangan paling lapang, tak pernah ia bisa digantikan oleh gedung-gedung tak bernyawa.

Ibu..!
Panggilan yang meneguhkan status kemanusiaan. Dan kehormatan. Ibumu disebut tiga kali di depan, baru ayahmu menyusul kemudian. Begitulah Rasulullah menegaskan. Ia juga panggilan yang membawa makna perjuangan. Pegalnya membawa kandungan, susahnya posisi berbaring, dan sakitnya melahirkan. Tapi juga senyum manis di saat berdarah-darah mendengar tangis sang putra pecah

Ibu..!
Banyak wanita yang kini enggan menjadi kata itu, maka kata itu pun enggan menjadi mereka. Ketika mereka menolak janji-janji kata itu, menganggapnya sebagai gerbang menuju neraka, menganggapnya sebagai pintu penjara, kata itu justru enggan membantu mereka melepaskan diri dari jeratan kesendirian, membasuh kulit mereka yang melepuh akibat sengatan matahari. Kata itu enggan menyediakan dermaga tempat mereka menambat perahu hati, berlabuh dari galau kehidupan.

Ibu..!
Mungkin memang tak sesederhana itu. Karena posisi ibu adalah anugerah, yang keimanan pun bukan jaminan Allah pasti mengaruniakannya pada kita. Persis sebagaimana 'Aisyah, Hafshah, Zainab binti Jahsy, dan lainnya. Ya, tapi mereka kan ummahatul mukminin, ibu dari semua orang beriman. Pada posisi ini, memang. Tetapi mengandung, melahirkan, menyusui, menimang adalah bagian dari saat yang dinanti bersama hakikat kata Ibu..! Itu, yang juga tak dirasai oleh 'Aisyah sekalipun..

Atau terkadang, penantian panjang, kegelisahan, kecemasan, dan kata seterusnya jika panggilan itu tak segera hadir adalah ujian lain dari Allah. Alasan kesehatan, kerawanan melahirkan pada usia tertentu, menjadi gurita kecemasan lain yang mencoraki ujian itu. Lalu Allah menjawab diantara doa hambaNYA, istri Ibrahim dengan si shalih Ishaq, istri 'Imran dengan si suci Maryam, dan istri Zakariyya dengan si 'alim Yahya. Setelah penantian panjang, doa yang menghiba, dan rasa yang tersembilu..

Ibu..!
Lepas dari itu, sekali lagi, adalah menakjubkan setiap urusan orang mukmin. Persis seperti kata Rasulullah, menakjubkan! Karena setiap halnya adalah kebaikan. Dan itu tidak terjadi kecuali bagi orang mukmin. Jika disinggahi nikmat, ia bersyukur, maka kesyukuran itu baik baginya. Jika ditamui musibah, ia bersabar, maka sabar itu baik baginya. Jika syukur dan sabar itu dua ekor tunggangan, kata 'Umar, aku tak peduli harus mengendarai yang mana..

Menjadi ibu hakiki, yang melahirkan ataupun tidak, setelah ikhtiar paling gigih, doa paling tulus dan tawakal paling pasrah, adalah kemuliaan tanpa berkurang sepeserpun. Tidak sedikitpun. Semuanya mulia.

Ibu..!
Sekedar agar bidadari cemburu padamu, dengan menjadi Ibu, kau takkan tersaingi olehnya selama-lamanya. Ya. Ibu, melodi paling harmoni yang menggemakan jagad dengan jihad agungnya.

Ibu..!
Kuhadiahkan cinta ini untukmu, agar bidadari cemburu padamu! Cemburu, di puncak kecemburuan tertinggi. Ah, hanya Allah yang Tahu, Wallahu A'lam..

Untuk seluruh ibu di dunia...
We love u..