Kamis, 28 Februari 2013

cuap-cuap soal Wanita Sederhana


Akhir-akhir ini saya suka geli sendiri melihat postingan dari beberapa temen, postingan yang cukup menggelitik menurut saya, soal wanita, matre vs sederhana. Dulu, saat masih jaman-jamnnya SMP-SMA saya ingat kalo wanita matre itu dianggap terlalu hina dan memalukan. Tapi, zaman terus berkembang, saat bumi semakin sesak oleh manusia dengan berbagai kebutuhnnya, di akhir-akhir masa kuliah saya justru sering mendengar teman-teman bilang kalo jadi matre itu perlu. Ya, menjadi matre bukan lagi suatu hal yang tabu, tapi kudu ada untuk jadi wanita berkelas. Jangan mau jadi wanita bodoh yang sok sederhana, mau di ajak hidup susah hanya atas nama cinta, menerima laki-laki yang apa adanya (tidak punya apa-apa lebih tepatnya, red). Saya cuma bisa senyum saat mendengar obrolan seperti ini. Saya hanya ingin berada di  pihak yang netral, tidak membenarkan juga tidak mau menyalahkan.

Salah satu postingan yang cukup menarik perhatian saya salah satunya yang seperti ini..

_pria sukses vs wanita beruntung_
"pria sukses itu adalah pria yang bisa membuat dirinya menjadi kaya raya dan perempuan beruntung adalah yang berhasil mendapatkan pria tersebut".

Lagi-lagi, kalo mau menelaah lebih jauh, kalimat di atas juga mengandung unsur “matre itu perlu” kalo menurut saya. Bagian yang mana neng? Tuuh..liat lagi, kalo begitu untuk bisa beruntung ya kudu matre biar bisa dapat pria kaya-raya. Bener kan? Ahh…mungkin juga penulisnya tidak bermaksud demikian, saya saja yang terlalu sensitif dan berlebihan memaknainya.
Yayaya...lupakan saja, pernyataan di atas memang bisa benar bisa salah, tergantung dari perspektif mana kita menilai dan tentu saja siapa yang menilai. Bagi yang melihat sebuah kesuksesan hanya dari satu aspek ini saja (kaya raya dan bergelimang harta,red) pernyataan tersebut tentu 100% benar. Tapi, cukupkah keberuntungan seperti itu akan membawa pada kebahagiaan? Bukankah pada akhirnya yang kita harapkan adalah kebahagiaan, bukan sekedar keberuntungan? Setiap orang berhak menjawab menurut pola pandangnya masing-masing. Toh keberuntungan dan kebahagiaan tidak mutlak harus berjalan beriringan bukan? Ada banyak wanita yang tampaknya kurang beruntung, tapi hidupnya bahagia. Benarkah? Ah….lagi-lagi ini hanya soal bagaimana kita memandang hidup ini dengan berbagai seluk-beluk di dalamnya. Tak harus selalu ada definisi mutlak untuk mendeskripsikan BAHAGIA. Setiap orang punya hak untuk bahagia dengan caranya masing-masing.

Sebaliknya, saat fenomena matre ini terus berkembang di kalangan kaum hawa, para pria tampaknya tak mau kalah. Mereka justru berlomba-lomba mencari wanita yang jauh dari kesan matre, wanita yang sederhana, yang mau di ajak hidup susah. Kurang lebih itu yang saya lihat di kalangan kaum adam saat ini. Saat di tanya soal wanita idaman, kebanyakan mereka akan menyelipkan kata “wanita yang sederhana” diantara sekian banyak kriteria yang lain. Tapi, benarkah wanita yang sederhana itu adalah wanita yang bersedia di ajak hidup susah? Terlalu sempit rasanya kalau melihat kesederhanaan seorang wanita hanya dari satu aspek itu saja. Kalau begitu secara tidak langsung saya mendukung kalau jadi matre itu perlu? Tidak juga, saya hanya ingin membuka pikiran dan mengubah mindset para pria dalam melihat wanita sederhana.

Saya ingat beberapa waktu lalu saya juga pernah share statusnya om Mario Teguh karena saya sepakat untuk beberapa poin, kira-kira seperti ini postingan si om Mario.

Wanita yang sederhana BUKAN wanita yang bersedia Anda ajak untuk hidup kekurangan.

Wanita yang sederhana itu terdidik, pandai, mandiri dan mampu, tapi tetap memelihara penampilan yang alamiah, tidak berlebihan, dan memendarkan kebaikan hati dan kebersihan pikiran.

Anda tidak mungkin berhasil menarik perhatian wanita seperti itu dengan menjadi laki-laki yang tidak menjanjikan kehidupan yang baik, yang mapan, dan yang penuh dengan dinamika yang menumbuhkan dan membahagiakan.

Anda tidak mungkin berhasil memintanya untuk menerima Anda apa adanya, karena dia berkualitas adanya.

Jika Anda mengatakan dia matre, itu karena ketidak-ikhlasan Anda untuk menerima bahwa cinta dan keluarga membutuhkan biaya pemeliharaan dan pertumbuhannya.

Jangan menuntut wanita untuk menerima kekurangan Anda yang TIDAK Anda rencanakan untuk diperbaiki.
Wanita itu very smart. Dia menuntut Anda untuk menjadi laki-laki hebat – bukan untuk dirinya, TERUTAMA untuk Anda dan anak-anaknya.
Apakah Anda memilih wanita yang tidak malu mempunyai suami yang tidak berencana menjadi apa-apa?
Sudahlah, jangan hidup sibuk menuntut wanita untuk mau diajak susah.
                                                                              -------------

Saya tidak melihat ada yang salah dari rangkaian kalimat indah om Mario, namun menurut saya ada beberapa bagian yang tampak begitu muluk dan berlebihan. Ini hanya dalam pandangan saya, saya tidak mengajak atau memaksa siapapun untuk setuju atau mendukung saya. Its just my opinion. Loh,loh, why?? Apa yang salah?? Apa yang terlalu muluk?? Sekali lagi, tidak ada yang salah, semua benar. Namun saya punya pandangan lain yang sedikit berbeda (sok politis sekali ya saya, ga papa lah sesekali^^).

Kalau dari perspektif diri saya sendiri, yang tentunya saya bukan siapa-siapa, bukan apa-apa,  Wanita sederhana itu adalah “wanita yang bisa diajak bersabar di kala sempit dan mau diajak bersyukur di kala lapang.”
Sekali lagi saya hanya wanita biasa, saya juga bisa matre, saya juga tidak mau jika diajak hidup melarat sepanjang waktu.
Namun, inilah hidup. Siapa yang tidak mau hidupnya bahagia dan berkecukupan sepanjang waktu? atau sebaliknya, wanita mana yang mau diajak hidup melarat sepanjang hayat??
Hidup itu ikhtiar, dengan ikhtiar paling gigih lalu iringan tawakkal paling pasrah pada sang pemilik kehidupan. Tak ada yang bisa menjamin hidup kita cukup dan bahagia selamanya. Ada fase saat kita bisa sukses dalam segala hal, namun bukan tak ada kemungkinan bahwa besok, lusa, bulan depan, tahun depan atau kapan saja hidup kita terpuruk, jatuh, kehilangan, merana…Makanya saya bilang, wanita hebat dan sederhana itu adalah mereka yang siap menghadapi dua kemungkinan tersebut. Di saat sempit ia bisa diajak bersabar, lalu bersama-sama berjuang untuk bangkit lagi menuju hidup yang lebih baik, juga pandai bersyukur di kala lapang dan tidak ujub bin sombong dengan apa yang di miliki saat ini. Toh, pada akhirnya semua adalah milik Sang Maha Kaya dan segala puji hanya pantas untuk Nya.

O ya, satu hal lagi, Persis seperti kata Rasulullah, menakjubkan urusan seorang mukmin! Karena setiap halnya adalah kebaikan. Dan itu tidak terjadi kecuali bagi orang mukmin. Jika disinggahi nikmat, ia bersyukur, maka kesyukuran itu baik baginya. Jika ditamui musibah, ia bersabar, maka sabar itu baik baginya. Jika syukur dan sabar itu dua ekor tunggangan, kata 'Umar, aku tak peduli harus mengendarai yang mana.

Menurut saya sebagai seorang muslim, dua hal ini memang harus ada untuk meraih kebahagiaan dan cukup untuk sekedar menjadikan saya wanita hebat yang penuh kesederhanaan. Memang, kalo kata sebagian orang, bicara mah gampang, tapi aplikasinya? Lagi-lagi saya hanya bisa menjawab, keduanya bisa menjadi hal yang sangat sulit tapi bisa juga sebaliknya, tergantung siapa yang memandang dan dari perspektif mana ia memandang. Kita mau masuk kategori yang mana, hanya diri kita sendiri yang bisa menjawab. Pada akhirnya, semua adalah pilihan, termasuk bahagia (lagi-lagi ini hanya menurut saya),  tergantung kita mau memilih bahagia dengan cara yang mana…


Pagaralam, 24 Februari 2013
_hanya sedikit pandangan dari wanita biasa, di sudut kecil kamar yang jadi tempat favorit saya, setelah sekian lama saya tidak menyalurkan hobi menulis saya, karena teralihkan oleh masa-masa coass yang  cukup menyita waktu saya_
^________^

1 komentar:

  1. Dibawa melarat saja mau, apalagi dibawa kaya. 😊. Tapi saya setuju bahwa kesederhanaan itu bisa menempatkan pada situasi, bersabar di kala sempit, bersyukur di saat lapang, dan turut serta berdoa demi kelangsungan keluarga.

    BalasHapus